Alfon
Dion
Biodata Selokan Mataram
Selokan Mataram merupakan saluran irigasi yang sangat penting di Yogyakarta. Saluran ini mengalirkan air dari Sungai Progo, tepatnya dari Bendung Karangtalun, hingga bermuara di Sungai Opak. Masyarakat mengenalnya dengan beragam sebutan, seperti Saluran Mataram, Selokan Mataram, atau Kali Malang. Julukan "Kali Malang" diberikan karena posisi saluran yang membujur dari barat ke timur, yang dalam bahasa Jawa disebut "malang".
Dengan panjang sekitar 34,5 kilometer, Selokan Mataram melewati delapan kecamatan dan enam belas desa. Meskipun begitu, ada beberapa sumber yang mencatat panjang saluran ini berbeda-beda, mulai dari 30,8 km hingga 35 km. Perbedaan ini kemungkinan besar disebabkan oleh perbedaan titik awal pengukuran.
Selokan Mataram tidak hanya melewati berbagai wilayah administratif, tetapi juga melintasi beragam bentang alam, termasuk sekitar 20 sungai. Beberapa sungai yang dilintasinya antara lain Kali Krasak, Kali Belik, Kali Pelang, Kali Code, dan Kali Bathang. Untuk memastikan aliran air tetap stabil dari hulu hingga hilir, Selokan Mataram dilengkapi dengan berbagai bangunan pendukung seperti talang dan siphon.
Lebar Selokan Mataram bervariasi antara 4 hingga 18 meter, menyesuaikan dengan volume air dan kondisi lahan di sekitarnya. Di bagian hulu, di mana volume air masih besar dan lahan masih luas, saluran cenderung lebih lebar. Semakin ke arah hilir di timur, saluran semakin menyempit.
Selokan Mataram memberikan manfaat irigasi bagi sekitar 5.000 hektar lahan pertanian. Selain itu, sekitar 260 kelompok perikanan juga memanfaatkan air dari Selokan Mataram untuk empang dan budidaya ikan. Debit air yang masuk ke Selokan Mataram dari Bendung Karangtalun mencapai 73,59%.
Intinya, Selokan Mataram adalah saluran irigasi vital yang berperan penting dalam mendukung pertanian dan perikanan di Yogyakarta.
Latar Belakang Selokan Mataram
Selokan Mataram merupakan sarana irigasi yang dibangun oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX pada masa pendudukan Jepang. Selokan Mataram berhulu di Bendungan Karangtalun di Dusun Karangtalun, Desa Karangtalun, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang dan berada di sebelah timur Sungai Progo. Bendungan Karangtalun terbagi menjadi dua aliran yaitu Selokan Van Der Wijck dan Selokan Mataram. Sebenarnya Bendungan Karangtalun dan Selokan Van Der Wijck sudah ada terlebih dahulu karena dibangun pada masa pemerintahan Belanda.
Selokan Mataram dibangun pada tahun 1942 dan selesai pada tahun 1944 yang berhasil menghubungkan Sungai Progo di sebelah barat dan Sungai Opak di sebelah timur. Selokan Mataram oleh pihak Jepang disebut dengan sebutan Gunsei Hasuiro atau Gunsei Yosuiro. Kedua kata tersebut memiliki arti saluran irigasi yang digunakan untuk keperluan militer dan sarana pemasok bahan makanan (irigasi pertanian).
Pembuatan Selokan Mataram tidak terlepas dari sikap moral dan politis Sri Sultan Hamengkubuwono IX untuk menyelamatkan rakyat Yogyakarta dari program Romusha (kerja paksa) yang dicetuskan oleh pihak Jepang. Pembangunan selokan tersebut memerlukan tenaga Romusha yang tidak sedikit sehingga penempatan tenaga Romusha yang berasal dari Yogyakarta tetap ditempatkan di wilayah Yogyakarta sendiri. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengurangi korban jiwa akibat sistem Romusha dan untuk meningkatkan pembangunan di Yogyakarta terutama di bidang irigasi.
Penggunaan Selokan Mataram pada Masa Penjajahan Jepang
Selokan Mataram merupakan sarana irigasi yang dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX pada masa pendudukan Jepang. Selokan Mataram berhulu di Bendungan Karangtalun di Dusun Karangtalun, Desa Karangtalun, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang dan berada di sebelah timur Sungai Progo. Bendungan Karangtalun terbagi menjadi dua aliran yaitu Selokan Van Der Wijck dan Selokan Mataram. Sebenarnya Bendungan Karangtalun dan Selokan Van Der Wijck sudah ada terlebih dahulu karena dibangun pada masa pemerintahan Belanda.
Selokan Mataram dibangun pada tahun 1942 dan selesai pada tahun 1944 yang berhasil menghubungkan Sungai Progo di sebelah barat dan Sungai Opak di sebelah timur. Selokan Mataram oleh pihak Jepang disebut dengan sebutan Gunsei Hasuiro atau Gunsei Yosuiro. Kedua kata tersebut memiliki arti saluran irigasi yang digunakan untuk keperluan militer dan sarana pemasok bahan makanan (irigasi pertanian).
Pembuatan Selokan Mataram tidak terlepas dari sikap moral dan politis Sri Sultan Hamengkubuwono IX untuk menyelamatkan rakyat Yogyakarta dari program Romusha (kerja paksa) yang dicetuskan oleh pihak Jepang. Pembangunan selokan tersebut memerlukan tenaga Romusha yang tidak sedikit sehingga penempatan tenaga Romusha yang berasal dari Yogyakarta tetap ditempatkan di wilayah Yogyakarta sendiri. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengurangi korban jiwa akibat sistem Romusha dan untuk meningkatkan pembangunan di Yogyakarta terutama di bidang irigasi.
Penggunaan Selokan Mataram Sekarang
Selokan Mataram panjangnya mencapai 31,2 km dengan pusat selokan yang ada di Desa Bligo dan Karangtalun. Fungsi utama dari Selokan Mataram yaitu sebagai saluran irigasi bagi masyarakat sekitar aliran selokan yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Seiring dengan perkembangan zaman, Selokan Mataram tidak hanya digunakan sebagai saluran irigasi. Kini Selokan Mataram digunakan untuk hal lain seperti pengairan untuk kolam ikan, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Desa Bligo, bahkan digunakan pula sebagai tempat wisata. Selokan Mataram memiliki peran penting sebagai saluran irigasi, menyediakan air untuk pertanian di daerah yang dilewatinya. Selain itu, Selokan Mataram juga berfungsi sebagai sumber air tanah bagi daerah sekitarnya.
Meskipun salurannya diperkuat, Selokan Mataram tetap dirancang agar airnya dapat meresap ke dalam tanah. Dasar dan dinding selokan sengaja tidak dibuat kedap air. Bahkan, terdapat lubang-lubang kecil di dasar selokan yang disebut "suling" yang bertujuan untuk mengalirkan air ke dalam tanah. Sayangnya, berdasarkan pengamatan di Selokan Mataram antara Kali Code dan Kali Pelang, ditemukan setidaknya 34 lubang pembuangan limbah rumah tangga permanen yang berdiameter antara 3 hingga 25 cm. Lubang-lubang ini langsung mengarah ke selokan, sehingga air limbah dapat mencemari air selokan.
Namun di zaman sekarang, penggunaan Selokan Mataram tidak hanya sekadar untuk irigasi, penyerap air ke dalam tanah, dan kebutuhan sehari-hari, tetapi Selokan Mataram sekarang juga digunakan untuk tempat pembuangan sampah umum. Banyak sekali sampah di dalam Selokan Mataram yang menghambat pergerakan irigasi air dan mencemari air tanah. Banyak warga yang membuang sampah sembarangan tanpa memikirkan efek yang akan terjadi ke depannya. "Kami, petani, mengutuk pembuang sampah di aliran Selokan Mataram. Nantinya pembuang sampah sembarangan akan kami serahkan ke kantor polisi," tambah Janu. sumber: https://radarjogja.jawapos.com/jogja/65740569/petani-keluhkan-menumpuknya-sampah-di-selokan-mataram